Diabetes menjadi beban kesehatan yang terus meningkat di Indonesia. Data survei dan estimasi internasional menunjukkan puluhan juta orang dewasa hidup dengan diabetes — dan sebagian besar dari mereka belum sadar atau belum mendapat diagnosis.
Artikel ini merangkum fakta-fakta valid, angka terbaru, faktor risiko, dampak, serta tantangan respons kesehatan di Indonesia.
Seberapa banyak penderita diabetes di Indonesia sekarang?
Estimasi internasional (IDF) untuk 2024 menempatkan jumlah orang dewasa (usia 20–79 tahun) dengan diabetes di Indonesia sekitar 20,4 juta jiwa atau ~11,3% dari populasi dewasa. Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia.
Hasil survei nasional pemerintah juga menunjukkan tren kenaikan. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 melaporkan prevalensi diabetes (berdasarkan pemeriksaan gula darah) 11,7% pada penduduk usia ≥15 tahun, naik dibandingkan Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan dalam beberapa publikasi menyebut jumlah penderita berkisar 19–19,5 juta jiwa tergantung metode penghitungan (diagnosa dokter vs hasil pemeriksaan).
Intinya: angka absolut berkisar pada puluhan juta (sekitar 19–20 juta menurut sumber resmi/IDF), dan prevalensi proporsionalnya berada di kisaran sekitar 11% pada kategori dewasa/15 tahun ke atas.
Perbedaan metode pengukuran — kenapa angkanya tidak selalu sama?
Perbedaan angka muncul karena cara pengukuran berbeda:
Estimasi IDF menghitung prevalensi berdasarkan model epidemiologi dan data survei (laporan 2024/2025).
Survei nasional (SKI / Riskesdas) melaporkan hasil pemeriksaan gula darah di lapangan dan/atau diagnosis dokter; angka berdasarkan diagnosis profesional biasanya jauh lebih rendah karena banyak kasus tidak terdiagnosis.
Masalah terbesar: banyak yang tidak sadar mengidap diabetes
Salah satu persoalan paling mengkhawatirkan: proporsi penderita yang belum terdiagnosis sangat besar. Analisis data Riskesdas 2018 dan kajian ilmiah menunjukkan bahwa mayoritas kasus diabetes di Indonesia tidak terdiagnosis — beberapa studi melaporkan rentang 60–80% tidak sadar mengidap diabetes. Artinya, banyak orang baru mendapat perhatian medis saat komplikasi sudah muncul.
Siapa yang paling berisiko? (faktor risiko utama)
Faktor risiko yang paling konsisten terhubung dengan diabetes tipe 2 di Indonesia antara lain:
- Obesitas/berat badan berlebih dan lingkar pinggang besar.
- Riwayat keluarga dengan diabetes.
- Gaya hidup: pola makan tinggi gula/lemak jenuh, rendah aktivitas fisik, konsumsi minuman manis.
- Usia (risiko meningkat seiring bertambahnya usia), tetapi ada juga kecenderungan peningkatan pada kelompok usia produktif muda.
- Riwayat prediabetes atau kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (faktor biologis lainnya).
Sumber-sumber resmi Kementerian Kesehatan dan kajian epidemiologi nasional mendukung rangkuman ini.
Dampak kesehatan dan ekonomi — bukan hanya soal gula darah
Jika tidak terkontrol, diabetes dapat menyebabkan komplikasi serius: penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, gangguan penglihatan (retinopati), amputasi akibat luka kronis, serta penurunan kualitas hidup. Selain beban klinis, diabetes meningkatkan pengeluaran kesehatan rumah tangga dan sistem kesehatan nasional — biaya perawatan jangka panjang dan kehilangan produktivitas dapat besar. (Laporan-laporan Kemenkes dan literatur kesehatan menegaskan konsekuensi ini.)









