Kanker masih menjadi salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian tinggi di Indonesia. Di tengah berbagai pilihan terapi — mulai dari operasi, kemoterapi, hingga imunoterapi — radioterapi (RT) tetap memegang peran penting. Bukan hanya sebagai “pelengkap”, melainkan kerap menjadi ujung tombak dalam pengobatan kanker tertentu.
Namun, seberapa efektifkah radioterapi? Kapan dipakai, dan pada jenis kanker apa saja?
Apa Itu Radioterapi?
Radioterapi adalah metode pengobatan kanker dengan memanfaatkan sinar radiasi berenergi tinggi (umumnya sinar-X, proton, atau partikel lain) untuk menghancurkan DNA sel kanker. Tujuannya: membuat sel kanker tidak bisa lagi membelah diri, hingga akhirnya mati.
Teknologi modern kini memungkinkan radiasi diarahkan dengan sangat presisi, sehingga sel sehat di sekitarnya lebih terlindungi. Inilah yang membuat radioterapi semakin efektif dan lebih minim efek samping dibanding dekade sebelumnya.
Jenis-Jenis Radioterapi
Ada beberapa teknik radioterapi yang lazim digunakan:
- External Beam Radiotherapy (EBRT)
Bentuk paling umum: sinar radiasi dipancarkan dari mesin di luar tubuh.
Variasi modernnya meliputi:
- IMRT (Intensity Modulated RT): radiasi bisa “dibentuk” sesuai kontur tumor.
- VMAT (Volumetric Modulated Arc Therapy): lebih cepat dengan presisi tinggi.
- SBRT/SABR (Stereotactic Body RT/Ablative RT): dosis tinggi, sangat terfokus, biasanya untuk metastasis atau tumor kecil.
- Brachytherapy
Sumber radiasi ditempatkan langsung di dalam atau dekat dengan tumor.
Banyak dipakai untuk kanker serviks, prostat, dan beberapa kanker kepala-leher.
- Proton Therapy
Menggunakan partikel proton, dengan keunggulan mengurangi paparan pada jaringan sehat.
Masih terbatas ketersediaannya di dunia, apalagi di Indonesia.
Pada Kanker Apa Radioterapi Efektif?
Kanker payudara
Radioterapi rutin diberikan setelah operasi (breast-conserving surgery) untuk menekan risiko kekambuhan.
Kanker serviks & ginekologi lain
Radioterapi, sering dikombinasi dengan kemoterapi, merupakan standar utama terutama pada stadium lanjut.
Kanker kepala & leher
RT menjadi modalitas utama, sering menggantikan operasi karena sulitnya menjangkau tumor tanpa merusak fungsi vital.
Kanker paru
Pada pasien stadium awal yang tidak dapat dioperasi, SBRT menjadi pilihan efektif. Untuk stadium lanjut, RT dipakai sebagai bagian dari terapi kombinasi.
Metastasis (penyebaran kanker)
RT berperan besar untuk meredakan gejala: nyeri tulang, perdarahan, atau tekanan saraf.
Pada kasus oligometastasis (penyebaran terbatas, misalnya hanya 1–3 titik), teknik SBRT bisa memperpanjang harapan hidup karena mampu mengendalikan lesi secara lokal.
Radioterapi: Kuratif vs Paliatif
Kuratif → Radioterapi bertujuan menyembuhkan atau memberi kontrol jangka panjang. Contoh: kanker serviks stadium lokal lanjut, kanker payudara pasca operasi, atau SBRT untuk kanker paru stadium awal.
Paliatif → Tujuannya bukan menyembuhkan, melainkan mengurangi penderitaan. Misalnya:
1 kali penyinaran 8 Gy untuk nyeri tulang.
Penyinaran otak untuk mengurangi gejala metastasis otak.
Efek Samping: Mitos dan Fakta
Efek samping radioterapi sangat tergantung lokasi, dosis, dan teknik. Beberapa yang sering muncul:
- Kelelahan
- Iritasi kulit di area radiasi
- Gangguan spesifik: misalnya batuk/pneumonitis (paru), diare (perut), atau sariawan (kepala-leher)
- Teknologi IMRT, VMAT, hingga proton therapy berhasil menurunkan sebagian besar efek samping ini.
Mengapa Radioterapi Penting di Indonesia?
Indonesia masih menghadapi tantangan besar: jumlah mesin radioterapi terbatas dan distribusinya tidak merata. Menurut data Kemenkes, idealnya Indonesia butuh >300 unit mesin, sementara yang tersedia baru sebagian kecil. Akibatnya, pasien sering menunggu berbulan-bulan untuk mendapat giliran terapi.
Padahal, radioterapi terbukti:
- Meningkatkan angka kesembuhan bila diberikan tepat waktu.
- Meringankan penderitaan pada stadium lanjut.
- Membantu pasien hidup lebih lama dengan kualitas hidup lebih baik.
Kesimpulan
Radioterapi adalah senjata penting dalam melawan kanker. Efektivitasnya tidak bisa diragukan, baik sebagai terapi utama, kombinasi, maupun paliatif. Dengan teknologi yang kian presisi, manfaat radioterapi semakin besar, sementara efek samping makin terkendali.
Yang kini mendesak bagi Indonesia adalah akses: memastikan setiap pasien kanker di pelosok negeri punya kesempatan mendapat terapi tepat waktu. Karena dalam perang melawan kanker, waktu sama berharganya dengan teknologi.
👉 Catatan Medis360.id: Jika Anda atau keluarga tengah menjalani pengobatan kanker, tanyakan selalu pada dokter onkologi radiasi:
- Apakah saya kandidat radioterapi?
- Apa tujuan utama (kuratif atau paliatif)?
- Teknik apa yang paling sesuai dengan kondisi saya?
Terapi masih akan bertahan — sekaligus tetap menimbulkan pro kontra di ruang pasien, keluarga, bahkan ruang sidang medis.
Redaksi Medis360.ID









