Beranda / Terapi Sehat / Makanan Sehari-hari Penyebab Risiko Kanker di Indonesia

Makanan Sehari-hari Penyebab Risiko Kanker di Indonesia

a table full of food

Dalam masyarakat Indonesia, banyak kebiasaan makan yang dianggap normal ternyata memiliki dampak panjang terhadap kesehatan—khususnya risiko kanker. Studi lokal dan global mengonfirmasi: makanan olahan, fast food, daging asap dan cara memasak tertentu berkontribusi pada terbentuknya zat karsinogenik dan inflamasi kronis.

Daging Bakar & Asap: Sumber HCA dan PAH

Makanan seperti sate, ikan asap, dan daging bakar mengandung senyawa berbahaya seperti Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan Heterocyclic Amines (HCAs). Penelitian literatur sistematik (2021) menemukan bahwa konsumsi daging dengan lemak tinggi yang dibakar secara langsung terkait dengan meningkatnya kejadian kanker usus besar karena senyawa ini mutagenik. PAHs seperti benzo(a)pyrene juga telah dikaitkan dengan kanker paru, kulit, dan kandung kemih .

Fast Food & Ultra-Processed Food (UPFs): Sebab Obesitas dan Kanker

Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, mie instan, minuman manis dan makanan ultra-olahan (UPFs) sangat umum di kota besar Indonesia. Meta-analisis besar menunjukkan bahwa setiap peningkatan 10 % konsumsi UPFs meningkatkan risiko kanker payudara hingga 25 %, serta berbagai kanker usus dan pankreas. Konsumsi jenis makanan ini juga erat hubungannya dengan obesitas dan peradangan kronis yang menjadi pemicu banyak kanker .

Ikan Asin & Makanan Diawetkan: Bukti Risiko Nasofaring

Konsumsi ikan asin dan masakan yang diawetkan merupakan faktor risiko utama untuk kanker nasofaring di Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa ikan asin menyumbang hingga 35,5 % kasus kanker nasofaring, terutama karena konsentrasi garam tinggi dan nitrosamin dalam proses pengawetan .

Metode Memasak: Panggang & Asap Tinggi Risiko

Hasil studi komunitas di Jakarta terhadap lebih dari 28.000 wanita urban (usia 25–49 tahun) menunjukkan bahwa metode memasak seperti panggang/asap meningkatkan risiko tumor payudara (OR = 1,27). Sementara itu, konsumsi fast food juga berkorelasi dengan peningkatan risiko (OR = 1,10) dibandingkan konsumsi seafood, yang justru menurunkan risiko (OR = 0,88) .

Pola Diet Modern: Dari Indonesia Menuju Obesitas & Peradangan

Studi pola makan nasional menunjukkan tren meningkatnya konsumsi gula, garam, daging olahan, dan UPFs sejak 2008 ke 2017. Diet modern yang rendah serat, tinggi kalori, dan bergantung pada makanan instan memicu obesitas, hipertensi, dan kondisi metabolik yang meningkatkan risiko kanker seperti usus besar, liver, pankreas dan ginjal .

Implikasi Praktis: Apa yang Harus Diubah

  1. Kurangi konsumsi fast food dan makanan asap/bakar, terutama daging tinggi lemak.
  2. Batasi makanan ultra-olahan: instant noodles, soda manis, snack kemasan.
  3. Hindari makanan yang diawetkan seperti ikan asin dan msg dalam jangka panjang.
  4. Pilihlah memasak dengan cara kukus, rebus, atau tumis secara ringan.
  5. Gantikan bagian protein dengan seafood segar—ikan segar terbukti menurunkan risiko tumor payudara.

Gaya makan sehari-hari tidak boleh dianggap remeh. Risiko kanker yang muncul bukan hanya soal genetika atau lingkungan—tapi ke mana piring Anda setiap hari dikirim. Jika banyak makanan kita diproses secara ekstrem, diasap, dibakar, atau diasinkan—risiko kanker akan mengikuti.

Sebaliknya, mengganti kebiasaan dengan konsumsi makanan fresh, beragam, rendah garam dan gula adalah langkah preventif terbukti. Artikel ini bukan alarm—tapi undangan reflektif untuk menjadikan dapur sebagai medan pertama perang melawan kanker.

Redaksi Medis360.ID