Beranda / Data Kesehatan Kota-Kabupaten / Obat Kanker Pasca Operasi dan Kemoterapi: Efektivitas & Data di Indonesia

Obat Kanker Pasca Operasi dan Kemoterapi: Efektivitas & Data di Indonesia

  1. Tujuan Pengobatan Pasca Operasi: Menekan Kekambuhan dan Meningkatkan Survival

Setelah operasi, terapi adjuvan (kemoterapi, terapi hormon, terapi target) diberikan untuk membunuh sel kanker yang masih tersembunyi, dengan tujuan memperkecil risiko kambuh dan meningkatkan harapan hidup.

  1. Jenis & Efektivitas Terapi Adjuvan

a. Kemoterapi Kombinasi (Antrasiklin + Taxane / 5‑FU dsb.)

Di Indonesia, regimen seperti TEC (taxane–epirubisin–cyclophosphamide), BEC, FAC, TAC umum digunakan.

Studi lokal di Yogyakarta (2018–19) menunjukkan efek samping yang paling sering terjadi: mual (≈ 89 %), muntah (≈ 88 %), neutropenia (60 %), leukopenia (54%), dan anemia (46,7 %) .

Meski memiliki toksisitas tinggi, kemoterapi kombinasi telah terbukti secara global menurunkan risiko kekambuhan dan meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien kanker payudara stadium dini dan lanjut .

b. Terapi Endokrin (Hormon): Tamoxifen (TAM)

Pada pasien receptor estrogen (ER) positif, Tamoxifen selama 5 tahun mengurangi angka kekambuhan hingga ~33% selama 15 tahun follow‑up dan menurunkan mortalitas ~32–38% tergantung periode .

Terapi hormon lebih efektif independen usia, status node, atau menopaus.

c. Terapi Target: Trastuzumab (HER2‑positif)

Tambahan trastuzumab pada kemoterapi meningkatkan progression free survival (PFS) dan overall survival (OS) signifikan dengan risiko rekuren berkurang hingga 30%.

Di Indonesia, sebuah analisis Markov model mengindikasikan terapi ini cost‑effective dibandingkan hanya kemoterapi pada ambang willingness-to-pay hingga tiga kali GDP per kapita .

Namun, akses terbatas karena harga tinggi. Evaluasi lainnya menunjukkan bahwa pada metastatik HER2‑positif, trastuzumab+kemoterapi meningkatkan OS dengan HR 0,79 dan PFS 0,51 dibandingkan kemoterapi saja .

  1. Efektivitas dalam Konteks Indonesia

Terapi Efektivitas di Indonesia Kendala Utama

  • Kemoterapi kombinasi Pengurangan kekambuhan, survival meningkat, tapi belum dipublikasikan outcome nasional eksplisit Efek samping berat, biaya variabel antar RS
  • Tamoxifen (ER+) Mengurangi rekuren dan mortalitas secara konsisten Harus dilanjutkan minimal 5 tahun
  • Trastuzumab (HER2+) Efektif menurunkan rekuren, cost-effective pada beberapa kelompok Harga tinggi, akses terbatas di RS langganan BPJS
  1. Faktor Penentu Efektivitas & Tantangan Lokal
  • Kepatuhan Pasien – Lamanya terapi hormonal dan jadwal kemoterapi sering terganggu karena efek samping atau biaya.
  • Profil Tumor – Agar terapi hormon dan trastuzumab efektif, diperlukan tes imunohistokimia laboratorium yang akurat.
  • Ketersediaan Obat – Ketimpangan distribusi obat generik antrasiklin, eksklusif trastuzumab, dan pengawasan biaya.
  • Edukasi & Dukungan – Kesadaran pasien (mengenai efek samping dan durasi terapi) sangat menentukan kelanjutan terapi efektif.
  1. Narasi Medis360.id

“Pasca operasi, harapan hidup pasien kanker ditentukan oleh strategi adjuvan yang tepat: dari kemoterapi kombinasi yang agresif, terapi hormon yang panjang tapi kritikal, hingga terapi target yang mahal namun efektif. Di Indonesia, efektivitas ini masih dibatasi akses, biaya, dan pengelolaan efek samping.”

Rangkuman Efektivitas

  • Kemoterapi kombinasi efektif menekan kekambuhan meskipun dibatasi toksisitas dan alat medis.
  • Tamoxifen menawarkan manfaat besar untuk pasien ER-positif dengan dukungan kepatuhan minimal 5 tahun.
  • Trastuzumab terbukti efektif dan cost-effective dalam kondisi HER2-positif di Indonesia, tetapi akses relatif terbatas.

Redaksi Medis360.ID