Beranda / Sehat Bugar / Yoga untuk Pasien Kanker: Terapi Pendamping Berbasis Bukti, Bukan Obat Penyembuh

Yoga untuk Pasien Kanker: Terapi Pendamping Berbasis Bukti, Bukan Obat Penyembuh

silhouette photography of woman doing yoga

Yoga mungkin tidak bisa memusnahkan sel kanker, tetapi bisa membantu pasien menemukan kembali kendali atas tubuh dan pikirannya.

Latar Belakang

Kanker tetap menjadi salah satu penyakit beresiko tinggi utama di Indonesia. Data GLOBOCAN 2022 menunjukkan lebih dari 400.000 kasus kanker baru muncul setiap tahun di tanah air, dengan sebagian besar terdeteksi pada stadium lanjut. Proses pengobatan seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi sering membawa efek samping yang berat—mulai dari kelelahan, gangguan tidur, hingga depresi.

Di tengah tantangan ini, yoga mulai dikenal sebagai terapi pendamping (complementary therapy) yang aman, terjangkau, dan mudah diakses. Namun, penting untuk menegaskan: yoga bukan pengganti pengobatan medis.

Apa Kata Sains?

  1. Mengurangi Kelelahan (Cancer-Related Fatigue)

Ulasan sistematik Cochrane 2025 menemukan bahwa yoga kemungkinan besar mengurangi kelelahan jangka pendek setelah pengobatan kanker, dibandingkan dengan tidak melakukan latihan serupa. Bukti ini memiliki tingkat kepastian sedang.

  1. Mengatasi Kecemasan dan Depresi

Pedoman bersama Society for Integrative Oncology (SIO) dan American Society of Clinical Oncology (ASCO) 2023 merekomendasikan yoga—bersama meditasi dan teknik relaksasi—untuk membantu pasien mengendalikan kecemasan dan depresi, baik selama pengobatan maupun setelahnya.

  1. Memperbaiki Kualitas Tidur

Meta-analisis tahun 2024 terhadap pasien kanker payudara menemukan bahwa yoga 2–3 kali seminggu selama 6–8 minggu dapat memperbaiki kualitas tidur secara signifikan.

Mitos vs Fakta

MitosFakta
Yoga bisa menyembuhkan kanker.Tidak ada bukti ilmiah bahwa yoga dapat membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhan tumor. Yoga hanya berperan dalam mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Yoga bisa mencegah kanker.Pedoman pencegahan kanker menekankan pola hidup sehat secara keseluruhan—termasuk aktivitas fisik, pola makan bergizi, dan menghindari rokok/alkohol. Yoga bisa menjadi bagian dari aktivitas fisik, tetapi tidak ada bukti spesifik yoga saja dapat menurunkan risiko kanker.

Bagaimana Yoga Bekerja untuk Pasien Kanker?

Yoga menggabungkan gerakan tubuh ringan (asana), latihan pernapasan (pranayama), dan meditasi untuk memengaruhi dua sisi kesehatan pasien:

  • Fisik: Mengurangi nyeri sendi/otot, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot, dan membantu peredaran darah.
  • Mental: Mengurangi stres, menstabilkan emosi, dan meningkatkan rasa kendali diri.

Efek ini juga memengaruhi sistem saraf otonom dan respons hormon stres, sehingga tubuh lebih siap menghadapi beban pengobatan.

Jenis dan Frekuensi Yoga yang Direkomendasikan

  • Gaya: Hatha Yoga, Restorative Yoga, atau gentle flow—dengan fokus pada pernapasan, relaksasi, dan mindfulness.
  • Frekuensi: 2–3 sesi per minggu, masing-masing 45–60 menit.
  • Durasi Program: Minimal 6–8 minggu untuk melihat manfaat signifikan.
  • Pengawasan: Harus dipandu instruktur bersertifikat yang paham kondisi medis pasien.

Keamanan dan Batasan

Yoga relatif aman jika dilakukan dengan panduan yang tepat. Namun, pasien dengan kondisi berikut memerlukan modifikasi pose:

  • Metastasis tulang atau osteoporosis berat
  • Neuropati perifer
  • Limfedema
  • Anemia berat atau trombosit rendah
  • Instruktur wajib menghindari gerakan yang berisiko seperti inversi ekstrem, lompatan, atau tekanan berat pada area tulang rapuh.

Pesan untuk Pasien dan Keluarga

Yoga bukan pengganti pengobatan kanker. Perannya adalah pendamping yang membantu tubuh dan pikiran tetap kuat selama perjalanan terapi. Diskusikan dengan dokter onkologi sebelum memulai, dan ikuti kelas khusus yang memang dirancang untuk pasien kanker.Jangan biarkan fondasinya rapuh. Bangun kekuatan dari sekarang.

Redaksi Medis360.ID